
Global Rise TV (Sukabumi) – Ribuan tenaga honorer yang tergabung dalam Forum Honorer Guru & Tenaga Kependidikan Honorer Bersatu menggelar aksi demonstrasi di depan Gedung DPRD Kabupaten Sukabumi, Kamis (30/1/2025). Mereka menuntut kejelasan status dan hak layak sebagai pegawai tetap, bukan sekadar pekerja yang hidup dari dana BOS.
Dengan membawa spanduk dan meneriakkan tuntutan, para honorer ini mendesak pemerintah daerah dan DPRD agar serius memperjuangkan status mereka. Selama bertahun-tahun, mereka bekerja layaknya pegawai tetap, tetapi tanpa kepastian hukum dan kesejahteraan yang jelas.

“Kami bukan buruh murah! Kami mendidik generasi bangsa, tapi gaji kami tetap terkatung-katung tanpa kepastian!” teriak salah satu demonstran dalam orasinya.
Menanggapi tuntutan ini, Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi menyatakan akan membawa aspirasi mereka ke forum-forum relevan, namun menegaskan bahwa keputusan final tetap ada di tangan pemerintah pusat.
“Kami berusaha menciptakan kepastian hukum, tetapi wewenang utama ada di Kemenpan RB,” ujarnya, seolah memberi sinyal bahwa perjuangan ini masih panjang.

Di tengah aksi, sorotan juga tertuju pada nasib tenaga honorer kategori R3, yang meskipun telah terdaftar di Badan Kepegawaian Negara (BKN), tetap digaji berdasarkan regulasi lama yang bergantung pada dana BOS.
“Kami tak butuh janji! Kami butuh kepastian dan kejelasan status, bukan sekadar harapan kosong dari tahun ke tahun,” ujar salah satu peserta aksi dengan nada geram.

DPRD berjanji akan mengusulkan formasi baru bagi tenaga honorer, termasuk guru dan tenaga kesehatan, tetapi dengan mempertimbangkan anggaran daerah. Namun, para honorer tetap meragukan janji-janji tersebut, mengingat selama ini perjuangan mereka selalu berujung pada ketidakpastian.

Aksi ini menjadi pengingat bahwa ribuan tenaga honorer di Sukabumi dan seluruh Indonesia masih berjuang untuk pengakuan dan kesejahteraan yang seharusnya sudah lama mereka dapatkan. Kini, semua mata tertuju pada pemerintah pusat: akankah mereka benar-benar memberikan solusi atau hanya sekadar melempar janji tanpa realisasi?
Dani Sanjaya Permas