
Global Rise TV (Pandeglang, Banten) – Di tengah derasnya arus modernisasi dan perkembangan zaman, masyarakat Kampung Cisantri, Desa Padasuka, Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, terus menjaga dan melestarikan tradisi keagamaan yang telah turun-temurun menjadi bagian dari identitas mereka. Salah satu bentuk tradisi tersebut adalah pengajian rutin yang digelar setiap malam Jumat di Masjid Jami Al-Muttaqin, pusat spiritual masyarakat setempat, Kamis (29/5/2025).
Pengajian yang telah berlangsung selama bertahun-tahun ini dipimpin oleh seorang tokoh agama setempat yang kharismatik, Ustaz Juhri. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas namun penuh kasih, yang tak hanya menyampaikan nilai-nilai keislaman, tetapi juga menanamkan pentingnya persatuan, tolong-menolong, dan kepedulian sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan pengajian ini tidak hanya diikuti oleh warga Kampung Cisantri saja, tetapi juga dihadiri oleh para tokoh masyarakat dan tokoh pemuda dari berbagai dusun sekitar. Kehadiran mereka menjadi simbol kuatnya semangat kebersamaan dan sinergi antara ulama, umara, serta masyarakat umum dalam membangun lingkungan yang religius, harmonis, dan berakhlak mulia.
Salah satu momen yang selalu dinantikan dalam pengajian malam Jumat ini adalah pembacaan Surah Yasin dan doa bersama, yang dipimpin secara khidmat oleh Ustaz Badri. Suasana menjadi sangat syahdu ketika alunan ayat suci Al-Qur’an menggema di dalam masjid, memberikan ketenangan batin dan menumbuhkan keimanan para jamaah yang hadir.
“Ini bukan sekadar rutinitas keagamaan. Ini adalah wujud cinta kami terhadap nilai-nilai Islam, terhadap masjid, dan terhadap kebersamaan. Di sinilah kami saling menguatkan dalam iman dan amal,” ujar salah seorang tokoh pemuda yang rutin mengikuti kegiatan tersebut.
Masjid Al-Muttaqin yang menjadi tempat berlangsungnya pengajian merupakan pusat kegiatan keislaman di Kampung Cisantri. Selain menjadi lokasi shalat berjamaah dan pengajian rutin, masjid ini juga menjadi tempat pendidikan Al-Qur’an bagi anak-anak serta tempat musyawarah warga dalam membahas berbagai persoalan sosial dan kemasyarakatan.
Tradisi pengajian malam Jumat ini menjadi contoh nyata bagaimana nilai-nilai keislaman dapat diimplementasikan secara kontekstual dalam kehidupan masyarakat desa. Di tengah tantangan era digital dan globalisasi, masyarakat Kampung Cisantri membuktikan bahwa keberagamaan tidak harus tercerabut dari akar budaya lokal, justru dapat menjadi kekuatan moral dan sosial yang membangun.
Melalui kegiatan ini, masyarakat tidak hanya mempererat tali silaturahmi, tetapi juga menguatkan pondasi spiritual mereka sebagai benteng dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Harapan ke depan, tradisi seperti ini dapat terus dijaga dan bahkan menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam menjaga harmoni sosial berbasis nilai-nilai agama.
Penulis: Juhri

