
Global Rise TV (Pandeglang, Banten) – Kondisi jalan penghubung antara Desa Manglid, Desa Kiara Payung, dan Desa Citeluk di Kecamatan Cibitung, Kabupaten Pandeglang, kini kian memprihatinkan. Jalan yang seharusnya menjadi urat nadi perekonomian masyarakat tersebut berubah menjadi kubangan lumpur besar, menyerupai “kumbangan kerbau”, terutama saat musim hujan tibatiba, Sabtu (26/4/2025).

Kerusakan jalan sudah berlangsung bertahun-tahun, namun hingga saat ini belum ada perbaikan berarti dari pemerintah daerah. Lubang menganga, genangan air, hingga tanah berlumpur menjadi pemandangan sehari-hari bagi warga yang melintasi jalur ini. Motor dan mobil kerap terjebak, bahkan beberapa pengendara mengalami kecelakaan ringan akibat kondisi jalan yang sangat buruk.

“Waktu hujan, jalan ini seperti sawah. Kalau tidak hati-hati bisa jatuh. Kami masyarakat kecil rasanya seperti dibiarkan menderita,” ujar Samsudin, warga Desa Kiara Payung, saat ditemui di lokasi.
Tidak hanya mengganggu aktivitas harian, jalan rusak ini juga berdampak besar terhadap perekonomian lokal. Petani kesulitan mengangkut hasil panen, pedagang terkendala membawa barang dagangan, bahkan anak-anak sekolah harus bertaruh nyawa melewati jalan becek dan licin setiap hari.

Janji Manis Pemerintah yang Tak Pernah Terwujud
Warga mengaku sudah berkali-kali mengadukan kondisi ini kepada pihak desa, kecamatan, hingga dinas terkait di Kabupaten Pandeglang. Namun, hingga kini belum ada tindakan nyata yang diberikan selain janji-janji perbaikan yang terus diulang setiap tahun, terutama menjelang pemilu.
“Setiap musim kampanye, banyak yang datang bawa janji mau memperbaiki jalan. Tapi begitu mereka duduk di kursi, kami dilupakan. Sampai sekarang, jalan malah makin hancur,” kata Mulyadi, tokoh masyarakat Desa Manglid.
Kekecewaan masyarakat pun semakin dalam. Pemerintah dianggap tidak serius memperhatikan kebutuhan dasar warganya. Padahal, infrastruktur jalan adalah salah satu pilar utama kemajuan desa dan kesejahteraan rakyat.

Potret Ketimpangan Pembangunan
Kasus jalan rusak ini kembali menyoroti ketimpangan pembangunan di daerah. Di saat kota-kota besar berlomba membangun jalan tol dan jembatan megah, banyak desa di Pandeglang yang masih terjebak dalam ketertinggalan infrastruktur. Warga mempertanyakan komitmen pemerintah daerah dan provinsi dalam membangun daerah-daerah pinggiran.
“Jangan hanya bangga dengan proyek besar di pusat kota, tapi biarkan desa-desa kami seperti ini. Kami juga bagian dari rakyat Indonesia yang berhak mendapatkan fasilitas yang layak,” tambah Nursiah, ibu rumah tangga dari Desa Citeluk.

Harapan di Tengah Kekecewaan
Meski berkali-kali kecewa, masyarakat Cibitung tetap berharap agar pemerintah segera membuka mata terhadap penderitaan mereka. Mereka meminta jalan penghubung antar desa ini segera diperbaiki, bukan sekadar ditambal ala kadarnya, melainkan dibangun secara permanen dengan standar yang baik.
“Waktu pemilu nanti, mungkin ini yang jadi pertimbangan kami. Kami tidak butuh janji, kami butuh bukti,” pungkas seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Pemerintah daerah diharapkan tidak terus-menerus abai terhadap suara rakyat kecil. Jika tidak, ketidakpercayaan masyarakat terhadap institusi pemerintah akan terus tumbuh, dan ini menjadi ancaman serius bagi legitimasi para pemimpin di masa depan.
LaporanLaporan:M.Sahim Sidik