
Global Rise TV — Mega Lestari ✍️
Koba, Jumat (5/12/2025)
Di tengah hiruk pikuk kehidupan masyarakat Koba, sebuah dokumen tulisan tangan berjudul “Makna Sebuah Telur Ayam” mendadak mencuri perhatian publik. Catatan ini ditemukan di wilayah Jalan Batin Tikal No. 5, Koba, dan berisi renungan mendalam mengenai perjalanan hidup manusia melalui analogi sederhana: sebutir telur ayam.
Meski terlihat sepele, isi tulisan tersebut justru mengajarkan nilai kehidupan yang jarang dipikirkan orang. Bahwa dalam bentuk bulat lonjong dan lapisan-lapisannya yang rapuh, terdapat pesan moral tentang harga diri, kesatuan, manfaat, dan makna eksistensi manusia.
Telur Ayam: Dari Cangkang hingga Inti, Semua Punya Makna
Dalam dokumen tersebut, penulis mengurai filosofi kehidupan melalui empat bagian utama telur:
- Cangkang Telur — Pelindung yang Sering Diremehkan
Cangkang yang tampak keras dan kasar dianggap sebagai simbol pelindung pertama manusia. Meski rapuh jika ditekan, ia tetap memiliki nilai jika diolah—menjadi pupuk, kerajinan, hingga sarana edukasi.
Pesan yang ingin disampaikan jelas:
Apa pun yang terlihat tidak bernilai, tetap memiliki fungsi ketika dimanfaatkan dengan benar.
- Kulit Ari — Pengingat Bahwa Hal Kecil Menentukan Keseluruhan
Lapisan tipis yang memisahkan cangkang dan isi telur diibaratkan sebagai batas rentan dalam kehidupan. Hal kecil yang hilang dapat merusak satu kesatuan, sebagaimana kesalahan kecil dapat memengaruhi hidup manusia.
- Putih Telur — Ketulusan dan Manfaat
Saat dimasak, putih telur memberi protein tinggi. Ini melambangkan manusia yang bermanfaat bagi sesama, memberikan energi dan kebaikan tanpa pamrih.
- Kuning Telur — Inti Nilai Sejati Manusia
Kuning telur dianggap sebagai pusat gizi, lambang kelebihan, bakat, dan potensi yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia.
Pesan moralnya:
Jangan merendahkan manusia lain, karena setiap orang memiliki inti keistimewaan masing-masing.
Pesan Moral yang Menggema di Masyarakat
Warga yang membaca catatan itu mengaku tersentuh. Banyak yang menilai tulisan tersebut sebagai pengingat bahwa kebaikan dan kebijaksanaan tidak harus datang dari hal besar, melainkan bisa lahir dari sesuatu yang sederhana.
“Kadang kita lupa bahwa hidup itu seperti telur—rapuh tapi bernilai. Tulisan ini bagus untuk direnungkan,” ujar salah seorang warga Koba.
Refleksi tersebut juga menyoroti pentingnya rendah hati, tidak sombong, serta tidak merasa lebih baik dari orang lain.
Manusia, seperti telur, pada akhirnya akan “kembali kepadaNya”.
Menjadi ‘Telur’ yang Bermanfaat dalam Kehidupan
Di akhir catatan, penulis memberikan pesan yang kuat:
“Semoga kita semua menjadi telur ayam yang berguna dan bermanfaat bagi manusia dan alam semesta, mulai dari kulit hingga isi utamanya.”
Sebuah kalimat yang membuat banyak pembaca berhenti sejenak, merenung, dan mengaitkannya dengan perjalanan hidup masing-masing.
Penulis : Dedi. M
Mahasiswa MM FE UBB
GlobalRiseTV :
Mega Lestari ✍️

