
Global Rise TV (Koba, Bangka Tengah)— Senin, 17 November 2025. Aroma lumpur bercampur kayu patah menyelimuti Marbuk Pungguk Kenari pagi ini. Rangka-rangka TI gerbok berserakan, tenda-tenda hitam terkulai, dan ponton yang sebelumnya menjadi sumber kehidupan kini tinggal puing. Pembongkaran paksa yang dilakukan mendadak itu meninggalkan luka yang dalam bagi penambang rakyat di Koba.
Di tepi kolong, sejumlah pekerja hanya berdiri terpaku menatap alat kerja mereka yang kini tinggal kenangan. Tak ada teriakan, tak ada perlawanan — hanya tatapan kosong yang menyimpan tumpukan kekhawatiran tentang apa yang akan dibawa pulang hari ini selain rasa cemas.
“Satu Dua Hari Saja Sudah Berat…”
Seorang penambang yang ditemui di lokasi mengungkapkan rasa putus asa:
“Kami kerja buat makan hari ini. Satu dua hari saja berhenti sudah berat… apalagi kalau lama. Anak istri di rumah nunggu.”
Bagi para penambang rakyat, tambang bukan pilihan, melainkan keharusan untuk bertahan hidup. Tindakan penghentian tiba-tiba tanpa solusi membuat mata pencaharian mereka seakan diputus tanpa peringatan.
Operasi Mendadak Tinggalkan Banyak Tanda Tanya
Tim investigasi mendapati lokasi pembongkaran penuh puing kayu, pipa-pipa berserakan, dan lumpur keruh. Ponton-ponton yang biasanya ramai kini hanya tersisa rangka yang patah. Warga menyebut tindakan penertiban ini berlangsung cepat dan keras.
“Kalau mau ditertibkan, beri kami jalan keluar. Jangan langsung dihancurkan begitu,” ujar salah satu warga yang tampak kecewa.
Keresahan Meningkat, Kepastian Tak Kunjung Datang
Penghentian aktivitas ini membuat ratusan kepala keluarga terancam kehilangan pendapatan harian. Kondisi ekonomi masyarakat yang sedang terpuruk semakin bertambah sulit, sementara kebijakan dan arah penyelesaian dari pihak berwenang belum terlihat.
Peristiwa ini menjadi peringatan keras bahwa sektor tambang rakyat di Bangka Tengah berada dalam situasi genting. Tanpa langkah bijak dan manusiawi, gejolak sosial bisa muncul sewaktu-waktu.
Tim Investigasi GlobalRiseTV
Mega L21 ✍️

