“Ponton Siluman” Masih Menari di Laut Bangka: Saat Hukum Diam, Siapa Sebenarnya yang Berkuasa?

Global Rise TV (Sungailiat, Bangka)-Sabtu, 10 Mei 2025 Di tengah sunyinya penegakan hukum, puluhan ponton tambang timah masih terus beroperasi di perairan Puri Ansell, Sungailiat. Seolah tidak terusik, mereka berdentum sejak pagi, mencabik-cabik dasar laut Bangka — wilayah yang diduga kuat berada dalam konsesi resmi PT Timah Tbk. Namun yang terjadi justru seperti dunia paralel: hukum tidak hadir, pengawasan absen, dan kejelasan tenggelam bersama lumpur timah yang ditambang.

Tim GlobalRiseTV kembali melakukan pemantauan. Hasilnya mencengangkan: aktivitas masih berlangsung seperti biasa. Ponton-ponton tersebut bekerja dengan percaya diri, tanpa atribut hukum yang jelas, tanpa pengawasan ketat dari aparat, dan tanpa tanda-tanda akan dihentikan.

“Sejak laporan kemarin, tidak ada perubahan. Yang berubah cuma lokasi. Tapi tetap aktif. Artinya, mereka tahu caranya untuk menghindar. Mereka tahu kapan dan di mana harus berpindah,” ujar seorang warga yang diam-diam memantau dari pesisir.

Yang mengundang kecurigaan lebih dalam adalah atribut ponton yang tak seragam. Tidak ada satu pun yang menunjukkan bendera resmi PT Timah atau CV mitra secara transparan. Bahkan bendera-bendera yang dikibarkan tampak sengaja berbeda satu sama lain — seperti untuk menyamarkan identitas, atau menciptakan ilusi keragaman yang sebenarnya satu komando.

Kiki, yang disebut sebagai Direktur CV TIN — mitra resmi PT Timah — sampai kini belum bersuara. Upaya konfirmasi dari tim kami, baik melalui telepon maupun pesan WhatsApp, belum direspons. Sikap diam ini menimbulkan asumsi liar: ada apa yang sedang ditutupi? Dan siapa yang sedang dilindungi?

“Kalau memang legal, kenapa bungkam? Kalau benar mitra resmi, kenapa tidak ada klarifikasi? Dan yang lebih penting, kenapa aparat tidak bergerak cepat?” tanya Mega Lestari, jurnalis investigasi GlobalRiseTV.

Kondisi ini membuat publik geram dan cemas. Di satu sisi, kerusakan lingkungan terus terjadi — air laut keruh, terumbu rusak, nelayan merugi. Di sisi lain, aparat seakan tak berdaya atau justru tak bersuara.

“Kami rakyat kecil hanya bisa bertanya: apakah hukum hanya berlaku untuk kami, sementara ponton-ponton besar boleh bebas di laut?” keluh seorang nelayan tua, memandangi laut yang makin berubah warna.


Kini bukan hanya soal tambang ilegal, tapi soal keberanian negara untuk bersikap. Apakah aparat akan membongkar siapa di balik ponton-ponton siluman itu? Ataukah semuanya akan dibiarkan mengendap — sampai kerusakan tak bisa lagi diperbaiki?

Laporan Khusus: Tim Investigasi GlobalRiseTV – Mega Lestari

Related Articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

[td_block_social_counter facebook="tagdiv" twitter="tagdivofficial" youtube="tagdiv" style="style8 td-social-boxed td-social-font-icons" tdc_css="eyJhbGwiOnsibWFyZ2luLWJvdHRvbSI6IjM4IiwiZGlzcGxheSI6IiJ9LCJwb3J0cmFpdCI6eyJtYXJnaW4tYm90dG9tIjoiMzAiLCJkaXNwbGF5IjoiIn0sInBvcnRyYWl0X21heF93aWR0aCI6MTAxOCwicG9ydHJhaXRfbWluX3dpZHRoIjo3Njh9" custom_title="Stay Connected" block_template_id="td_block_template_8" f_header_font_family="712" f_header_font_transform="uppercase" f_header_font_weight="500" f_header_font_size="17" border_color="#dd3333"]
- Advertisement -spot_img

Latest Articles